Pendidikan Islam Sebagai Pondasi

“لَاتَرُبُّوْا أَوْلَادَكُمْ كَمَا رَبَّاكُمْ آبَاؤَكُمْ، فَإِنَّهُمْ خُلِقُوْا فِيْ زَمَنٍ غَيْرِ أَزْمِنَتِكُمْ”

Jangan lah kamu mendidik anak-anakmu sebagaimana ayahmu mendidikmu, karena mereka diciptakan pada zaman yang berbeda dengan zamanmu. (Khalifah ‘Ali R.A)

Pendidikan adalah hal yang sangat dianjurkan dalam islam, begitupula para pelaku pendidikan tersebut baik seorang guru ataupun muridnya, Allah SWT janjikan derajat yang di tinggi di sisi Allah SWT, seperti Firman Allah :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al-mujadalah : 11)

Pendidikan merupakan suatu yang tak akan pernah luput dimakan waktu, pendidikan selalu memiliki nilai integritas yang tinggi, pendidikan selalu butuh akan pembaharuan khususnya pada masa global ini, segala sesuatu dituntut untuk bersahabat dengan kemajuan teknologi, pesatnya perubahan tren masyarakat, dan berkembangnya ilmu pengetahuan.

Dalam kesempatan ini saya tidak akan membahas apa itu “pendidikan” secara global, akan tetapi pembahasan saya kali ini akan lebih saya spesifikasikan kepada “pendidikan islam”

Pada dasaranya tujuan pendidikan adalah sama, yaitu memebentuk para peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang memiliki moral, akhlak dan tanggung jawab.

Akan tetapi “pendidikan islam” memiliki peran yang lebih spesifik dari sekedar membentuk manusia bermoral, berakhlak dan bertanggung jawab. “pendidikan islam” juga menuntun manusia untuk menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah.

Bagi seorang muslim khususnya Saya menganalogikan pendidikan umum adalah sebuah rumah dan pendidikan islam adalah pondasinya, rumah sebagus apapun tanpa pondasi yang kuat masih belum memenuhi kriteria untuk dapat disebut sebagai tempat tinggal, apa korelasi antara pendidikan umum dan pendidikan islam ? tentu sangat banyak hubungan antara keduanya sebagaimana pentingnya peranan pondasi terhadap sebuah bangunan, dalam konteks ini harus kita ketahui bahwasannya pendidikan tak hanya ditujukan semata-mata untuk kehidupan dunia saja akan tetapi juga memiliki peranan penting dalam kehidupan kita di akhirat nanti, “pendidikan islam” khususnya, yang memang ditujukan untuk membangun pribadi yang beriman, bertaqwa dan berakhlakul karimah.

Pada era globalisasi ini “pendidikan islam” yang saya ibaratkan sebagai sebuah pondasi harus dijadikan skala prioritas khususnya bagi para generasi dimasa akan datang. Menanamkan nilai-nilai keislaman pada anak ataupun anak didik adalah sebuah keharusan, di masa yang serba digital ini begitu mudah dan cepatnya pengaruh-pengaruh budaya, pemikiran-pemikiran tanpa dasar serta pengaruh negatif yang dapat tersebar melalui media sosial. Dari hal ini seyogyanya kita sudah bisa simpulkan kenapa sebuah pondasi (pendidikan islam)  dalam konteks ini bisa kita analogikan “pendidikan islam” sebagai sebuah benteng atau sebuah alat filtrasi yang dapat menyaring mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Baik dan buruk disini tentunya baik menurut islam dan buruk menurut islam karena apa yang baik menurut islam pastinya baik untuk dunia dan juga baik untuk akhirat, begitupun apa yang buruk menurut islam pastinya buruk untuk dunia dan buruk untuk akhirat. Sebagai contoh : Allah melarang meminum khamr, karena khamr buruk untuk kesehatan (dunia) dan meminum khamr juga merupakan suatu dosa yang akan ada hukumannya kelak (akhirat). Dari hal ini sudah sangat jelas betapa besarnya peran “pendidikan islam” untuk menjamin terjaganya iman, moral dan akhlak para generasi kita di masa yang akan datang.

Peran orang tua dan guru dalam menyampaikan nilai-nilai keislaman juga harus kembali di tingkatkan. Seperti yang khalifah Ali R.A katakan “Jangan lah kamu mendidik anak-anakmu sebagaimana ayahmu mendidikmu, karena mereka diciptakan pada zaman yang berbeda dengan zamanmu” orang tua dan para pendidik pada era global ini harus memiliki ketegasan yang lebih disbanding zaman mereka dulu, karena di era global ini di zaman yang serba digital ini, pengaruh negatif begitu mudah tersebar baik melalui media sosial maupun pergaulannya sehari-hari.

Oleh karena itu “pendidikan islam” harus memiliki porsi lebih, baik di lembaga pendidikan maupun dalam penanaman pemahaman dirumah oleh para orang tua, paling tidak, adanya keseimbangan antara penanaman nilai-nilai yang bersifat duniawi dan yang bersifat ukhrawi. Dan sangat salah ketika “pendidikan islam” di nomor duakan, di zaman yang sudah semakin keras ini, pergaulan tak harus bertemu langsung empat mata, tapi bisa diwakili melalui media sosial yang menawarkan fitur video call dan faktanya hampir seluruh sosial media sudah support fitur tersebut. Tak jarang kita lihat anak yang keseharian nya di dalam rumah jauh dari pergaulan diluar rumah, tapi pada kenyataannya pengaruh negatif pergaulan diluar rumah tetap bisa mengunjunginya melalui kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh era digital ini.

Tidak semua yang baru itu buruk, tidak semua kemajuan teknologi itu buruk, bagaimana cara menyikapi era digital dan global ini ? tentunya dengan mengupgrade kembali “pendidikan islam” yang berperan sebagai filter penyaring bagi diri kita. Dan mempertebal kembali keimanan kita. Kemajuan zaman dan kemudahan teknologi ketika jatuh ke tangan yang salah tentunya akan digunakan untuk ke madharatan, dan jika jatuh ke tangan orang yang tau akan “pendidikan islam” tentu akan menjadi suatu sarana yang memudahkan dirinya untuk “amar ma’ruf dan nahi munkar”. Kaidah ushuliyyah berikut sangat relevan dengan pertanyaan “bagaimana cara menyikapi era digital dan global ini ?”

“المُحَافَظَةُ عَلَى قَدِيْمِ الصَّالِح وَالأَخْذُ بِالجَدِيْدِ الأَصْلَح”

“menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik”

Maka dari itu “pendidikan islam” bisa dikategorikan sebagai pendidikan yang wajib di miliki oleh para generasi terutama generasi muslim, agar para anak dapat membedakan mana hal baik dan mana hal yang buruk.

Fenomena yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, tanda-tanda akhir zaman yang disampaikan Nabi Muhammad SAW melalui haditsnya sudah mulai terlihat. Seperti yang banyak dikutip dalam kitab “أَشْرَاطُ السَّاعَةِ” 

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَسْبُتَ الجَهْلُ

Diriwayatkan dari anas bin malik R.A Rasulullah SAW bersabda :Diantara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tersebarnya kebodohan (muttafaqun ‘alaihi)

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا. (رُوِيَ عَن عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرُبْنِ عَاص)

Yang dimaksud dengan dicabutnya ilmu disini adalah Allah mengangkat (mewafatkan) para ulama yang mana dalam diri ulama itu terdapat banyak ilmu agama. Hingga pada masa itu hanya tersisa sedikit dari mereka yang mengerti akan agama, dan pada saat itu pula manusia menjadikan orang-orang yang bodoh akan keagamannya sebagai pemimpin, dan saat mereka ditanya mereka berfatwa(menjawab) tanpa dasar ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan.

Dari pembahasan diatas saya menyimpulkan beberapa solusi yang dapat diterapkan dalam menghadapi era global ini :

  1. Menanamkan nilai-nilai keislaman sedini mungkin. Karena nilai-nilai yang tertanam sejak kecil akan sangat-sangat meninggalkan bekas pada hatinya sampai ia besar nanti.
  2. Menjadikan “pendidikan islam” sebagai prioritas yang harus diutamakan dalam hal apapun, baik dalam pergaulan, berargumen, menetapkan suatu hukum, ataupun perilaku kita sehari-hari.
  3. Memprioritaskan “pendidikan islam” bukan berarti menafikan pentingnya ilmu pengetahuan lainnya. Seperti firman Allah :  

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ…….  ٧٧

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi ……. (Q.S Al Qasas : 77)

  • Untuk para pendidik baik orang tua ataupun guru, alangkah baiknya selaku pendidik kita juga harus rajin membenahi diri, terus belajar semakin kita belajar semakin kita merasa bodoh akan kaya nya ilmu terutama ilmu agama, agar ilmu yang kita sampaikan bisa sampai dari hati ke hati.
  • Batasi penggunaan gadget bagi anak-anak yang belum bisa menyaring mana konten positif dan mana konten negatif.
  • Perbaiki komunikasi langsung antar keluarga, antar guru dan murid.
  • Perbaiki hubungan terhadap Allah. Agar semua langkah yang kita ambil senantiasa dalam tuntunan Allah SWT. Amiin yaa rabbal ‘alamin.

By. Achmad Izzuddin, S.Pd.I

وَاللهُ أَعْلَم بِالصَّوَاب

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *